Khotbah Minggu 23 November 2023  Wahyu  20:11-15      “The heart of the gospel is that Christ has come to save us from the judgment of God.”  (Colin S. Smith)

20:11 Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. 

20:12 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. 

20:13 Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.

 20:14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. 

20:15 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.

1.  Apakah namaku tertulis di dalam kitab kehidupan, ataukah aku akan menuju lautan api? Jika kita telah beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita tidak akan pernah mengalami kematian kedua (Wahyu 2:11; 20:6), dan kita dapat yakin bahwa nama kita tercatat di dalam kitab kehidupan. Perbedaannya sangat jelas. Mereka yang mengenal dan mengasihi Yesus serta tetap setia kepada-Nya akan dianugerahi “mahkota kehidupan” (ayat 10). Mereka tidak akan pernah, merasakan kematian kedua (ayat 11). Satu-satunya alasan mengapa kita tidak akan mengalaminya adalah karena Yesus telah menanggung dalam diri-Nya sendiri penghakiman itu. Yesus telah mengambil dalam diri-Nya sendiri murka Allah yang seharusnya kita hadapi di lautan api. Memang layak kita terima kematian kedua yang setara dengan lautan api, itu tidak kita alami karena satu alasan: Yesus Kristus, melalui pertukaran yang luar biasa dan tak terlukiskan, telah mati agar kita dapat hidup, telah menghadapi dan merasakan murka Allah bagi kita dan menyerapnya ke dalam diri-Nya. Ada mengatakan sepeti ini; “Jika engkau dilahirkan sekali, engkau akan mati dua kali; jika engkau dilahirkan dua kali, engkau akan mati satu kali.” “Inti Injil adalah bahwa Kristus telah datang untuk menyelamatkan kita dari penghakiman Allah (Colin S. Smith).

Jika kita lahir secara fisik, tidak pernah dilahirkan kembali yang merupakan prasyarat mutlak untuk masuk ke dalam kerajaan, lalu apa masa depan kita? Ayat-ayat ini dimaksudkan untuk direnungkan secara mendalam oleh setiap orang yang membacanya.

2.  Penghakiman ini khusus ditujukan bagi orang-orang yang tidak percaya, karena orang percaya telah dibangkitkan dalam “kebangkitan pertama” dan tidak akan menghadapi penghukuman ini.

Apa yang Alkitab katakan tentang hukuman kekal menyingkapkan bahwa itu bukan hal yang bisa disepelekan. Ada komentar sembrono berkata; “Saya tidak keberatan pergi ke neraka. Semua teman saya akan ada di sana.”

Siapa yang akan duduk di takhta penghakiman? Kitab Suci menyatakan dengan jelas bahwa itu adalah Tuhan Yesus Kristus. Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 5:22, “Sebab Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak.” Tuhan Yesus, orang Nazaret yang dibenci dan tukang kayu yang rendah hati, yang akan menduduki “bangku” hakim pada hari itu. Rasul Paulus menyatakan, “Karena itu aku berpesan kepadamu, di hadapan Allah dan Kristus Yesus, yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, pada waktu Ia menyatakan diri-Nya dan pada waktu Kerajaan-Nya” (2 Tim. 4:1). Ia akan menghakimi orang yang hidup dalam Penghakiman bangsa-bangsa pada awal Kerajaan Seribu Tahun-Nya (Mat. 25:31-46); dan pada akhir Kerajaan itu, Ia akan menghakimi orang yang “mati” di Takhta Putih yang Agung. Sungguh tepat bahwa Dia yang mati agar kita tidak menderita hukuman justru akan menghakimi mereka yang telah menolak kasih karunia-Nya.

3.  “Kitab Kehidupan” (bentuk tunggal), kitab ini berisi nama-nama orang yang telah ditebus oleh iman kepada Yesus Kristus. Pesan utamanya adalah bahwa keselamatan adalah karena kasih karunia melalui iman, bukan perbuatan; nama seseorang dalam kitab ini adalah hasil dari menerima anugerah keselamatan dari Tuhan, yang kemudian menghasilkan perbuatan baik sebagai bukti iman yang sejati.

Meskipun setiap manusia akan mati, kematian bukanlah akhir dari keberadaan individu, melainkan sekadar terpisahnya jiwa dari tubuh. Kitab Suci berbicara tentang kematian dalam arti jiwa dibebaskan dari tubuh (2 Kor 5:1-4, 2 Ptr. 1:14), setelah itu jiwa yang kekal terus hidup bagi Allah (Mat 22:32). Penghakiman ini bukanlah pengadilan untuk memastikan apakah mereka bersalah atau tidak, melainkan penghakiman untuk menegaskan kesalahan mereka dan menjatuhkan hukuman kekal kepada mereka, bukan hukuman seumur hidup/ life sentence tetapi ke eternal sentence.

Nas ini untuk memotivasi orang-orang agar memastikan nama mereka tercatat dalam Kitab Kehidupan sekarang, dengan bertobat dan beriman kepada Yesus Kristus. Yesus akan duduk di atas takhta penghakiman akan menjadi kekhawatiran bagi musuh-musuh-Nya dan penghiburan bagi umat-Nya.

4.  Konsep manusia yang binasa selamanya sungguh mengerikan tak terlukiskan. Namun, betapapun mengerikannya, itu tetaplah benar! Bagian ini seharusnya menggerakkan kita untuk datang kepada Tuhan dan berseru bagi teman, tetangga, dan orang-orang terkasih kita yang membutuhkan Yesus. Bagian ini seharusnya menggugah hati kita sehingga kita tidak akan tenang sampai kita mencoba memberi tahu setiap orang keselamatan tersedia bagi mereka jika mereka mau datang kepada Yesus! Keyakinan Kristen akan penghakiman terakhir di mana Allah menyelesaikan pertanggungjawaban menurut standar-Nya, sangat menentukan perilaku manusia. Tanpa penghakiman ilahi, kita sendiri harus memikul tanggung jawab atas keadilan yang ditegakkan di dunia. Dan tanpa surga atau neraka, kita manusia harus menghukum kejahatan sekarang. Sayangnya, hal ini melegitimasi bahkan menuntut balas dendam terhadap mereka yang kita anggap tidak adil, jahat yang seringkali berujung pada kekerasan yang lebih besar.

5.  Ini adegan paling mengerikan yang pernah disebutkan dalam Alkitab. Adegan menggambarkan sebuah “takhta putih yang agung”. “Keagungan” melambangkan keagungan dan otoritas tertinggi Allah; “putih” melambangkan kemurnian, kekudusan, dan keadilan-Nya yang sempurna.

Ada kumpulan yang mengerikan di sana, orang mati, kecil maupun besar, berdiri di hadapan Tuhan. Jiwa-jiwa yang mati dipersatukan dengan tubuh-tubuh yang mati dalam kumpulan kengerian dan keputusasaan. Pria dan wanita kecil yang hidupnya dipenuhi kepicikan, keegoisan, dan dosa-dosa yang menjijikkan akan ada di sana. Mereka yang hidupnya tak berarti apa-apa akan ada di sana, yang dosa-dosanya besar, orang-orang kejam, dengki, pemarah. Orang yang mengeraskan hatinya  kepada Firman Tuhan. Apa artinya mengeraskan hati? Artinya melihat bukti nyata dari tangan Tuhan yang bekerja namun tetap menolak untuk menerima Firman-Nya dan tunduk pada kehendak-Nya. Artinya melawan Dia dengan menunjukkan rasa tidak bersyukur dan ketidaktaatan serta tidak takut akan Tuhan atau penghakiman-Nya. Orang-orang yang keras hati berkata bersama Firaun, “Siapakah TUHAN itu sehingga aku harus mendengarkan suara-Nya?” (5: 2).

Tetapi karena kekerasan hatimu dan hatimu yang tidak bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari murka dan penyataan penghakiman Allah yang adil, yang akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Sebab Allah tidak memandang muka (Rm. 2:5-6, 11).

6.  Kata “mati” ini penting karena maknanya melampaui sekadar mereka yang tidak bernapas. Mereka adalah orang-orang yang mati secara rohani. Yohanes menyebutkan “orang mati” empat kali dalam dua ayat untuk menekankan ketidakberdayaan rohani mereka. Di takhta putih yang besar, kita melihat berkumpulnya semua orang yang mati secara rohani sepanjang masa, menantikan penghakiman terakhir mereka. Itulah identitas “orang mati” yang dilihat Yohanes.

Kematian pertama” adalah kematian jasmani, kematian yang Yesus katakan akan diderita beberapa orang di Smirna karena iman mereka kepada-Nya. Inti dari janji-Nya adalah ini: betapa pun kita mungkin menderita secara fisik saat ini, kita tidak akan pernah menderita secara rohani di masa depan. Karena itu, setialah jika kita dipanggil untuk mati sekarang demi keyakinan kita akan Yesus Kristus sebagai juruselamat, karena kita tidak akan pernah mati saat itu!

Ayat 13 menceritakan bagaimana dalam penglihatan Yohanes, hari penghakiman yang dahsyat ini digambarkan seperti ruang pengadilan besar tempat kitab-kitab dibuka dan di dalamnya dicatat perbuatan setiap orang yang pernah hidup. Ini akan digunakan sebagai bukti untuk pembebasan atau penghukuman. Jelaslah bahwa Allah mengetahui segala sesuatu. intinya adalah tidak ada sesuatu pun yang dilakukan secara rahasia yang tidak akan diungkapkan pada hari itu. Kita dapat menghapus sesuatu dari komputer kita, kita dapat membawa dosa-dosa rahasia ke liang kubur – tetapi kita tidak dapat menyembunyikan apa pun dari Allah.

7.  Kitab-kitab ini berisi catatan yang cermat tentang perbuatan, perkataan, dan bahkan pikiran rahasia setiap orang. Orang-orang dihakimi “menurut perbuatan mereka” sebagai bukti kesetiaan hati mereka yang sejati dan apakah mereka mengejar hubungan dengan Tuhan atau hidup dalam pemberontakan. Dalam budaya teknologi yang kita jalani saat ini, lebih mudah membayangkan menyimpan catatan dan perbuatan setiap orang dibandingkan di masa lalu. Sejak Google menciptakan “iCloud” yang menyimpan/merekam sejumlah besar informasi/data di dunia maya yang tak berwujud, Tuhan sudah  memikirkan hal seperti itu sejak lama.  Muncul pertanyaan lebih lanjut tentang masalah privasi. Manusia menyalahgunakan data dalam jumlah besar, penyalahgunaan data pribadi. Semua ini berarti bahwa manusia bukanlah Tuhan, dan keserakahan manusia akan terus menggagalkan keadilan di dunia, betapapun majunya peradaban. 

8. “Its not over, until the Lord says its over.”Dunia hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah menghadap Tuhan di pengadilan. Manusia merasa nyaman karena tidak ada Tuhan karena jika tidak ada Tuhan, maka tidak ada seorang pun yang kepadanya ia bertanggung jawab. Tidak ada seorang pun yang kepadanya ia harus bertanggung jawab. Tidak ada seorang pun yang akan menghakimi, dan manusia bebas dari rasa takut akan pertanggungjawaban akhir dan bebas berbuat dosa sesuka hatinya, lalu lenyap begitu saja. Kebanyakan dari orang yang berkuasa, dalam perjalanan kekuasaan mereka yang memabukkan diri, lupa bahwa suatu hari nanti mereka akan berdiri di hadapan hakim agung Semesta dan akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka.

 Yesus akan menyingkapkan pikiran dan niat hati manusia. Tidak perlu saksi untuk menghukum, karena Hakim akan mengetahui semua bukti. Karena Hakimnya adalah Tuhan Yesus Kristus, kamu dapat yakin bahwa penghakiman itu akan adil dan tepat. Pengadilan ini, persidangan ini tidak akan seperti persidangan yang biasa diadakan di bumi karena mereka yang diadili pada hari ini akan mengalami jenis pengadilan yang sangat berbeda. Tidak akan ada perdebatan tentang bersalah atau tidak bersalah. Akan ada jaksa penuntut tetapi tidak ada pembela. Akan ada penuduh tetapi tidak ada pembela. Akan ada penyajian bukti yang cepat, tetapi tidak ada bantahan, kesaksian tanpa pemeriksaan silang.

9.  Jika suatu nama tidak ditemukan tertulis dalam Kitab Kehidupan, orang tersebut dilemparkan ke dalam lautan api, yang merupakan kematian kedua. Maut dan Hades sendiri juga dilemparkan ke dalam lautan api, menandakan kehancuran akhir dari kematian dan berakhirnya tempat penampungan sementara orang mati. Kematian pertama adalah kematian jasmani—sesuatu yang harus kita semua alami (kecuali, tentu saja, bagi generasi orang percaya yang akan diangkat ke hadirat Tuhan melalui Pengangkatan). Kematian pertama melibatkan pemisahan jiwa dari tubuh. Kematian kedua (dijelaskan dalam Wahyu 20:14-15), akan menjadi pemisahan kekal orang-orang yang tidak percaya dari Allah. Yang harus kita ingat adalah bahwa kita memiliki murka yang tak terpadamkan yang siap menghanguskan keberadaan kita. Amin

Leave a comment