Khotbah Mingg 2 November 2025   Nehemia 1:1-11  When did we anguish over the suffering of God’s people and of the condition of God’s place?

1:1 Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan, 

1:2 datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem. 

1:3 Kata mereka kepadaku: “Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.” 

1:4 Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, 

1:5 kataku: “Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya, 

1:6 berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. 

1:7 Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu. 

1:8 Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. 

1:9 Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana. 

1:10 Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? 

1:11 Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” Ketika itu aku ini juru minuman raja.

1.  Kitab Nehemia tentang keberanian dalam menghadapi bahaya. Kitab ini tentang rasa sakit dan kesedihan yang tidak melahirkan keputusasaan dan kepasrahan, melainkan melahirkan sebuah visi. Kitab Nehemia juga tentang seorang pria yang mengasihi Tuhan dan peduli terhadap sesama. Sebagaimana Nehemia berduka atas Yerusalem, kita perlu berduka atas dosa kita. Nehemia  bekerja untuk raja, tetapi Raja bukanlah raja Ibrani, Raja ini adalah raja dari sebuah kerajaan yang menaklukkan Yerusalem. Raja Persia yang berkuasa saat itu adalah Artahsasta. Mereka telah menghancurkan Yerusalem, dan membawa sebagian besar orang Ibrani kembali ke Babilonia atau Persia. Nehemia akan mengambil langkah iman yang besar. Ia akan menghadap raja untuk meminta izin meninggalkan jabatannya sebagai juru minuman raja dan pergi membangun kembali tembok di sekitar kota Yerusalem. Ia adalah seorang juru minuman raja, yang merupakan posisi yang bergengsi dan terhormat.

2.  Lihatlah hati Nehemia ketika dia mendengar tentang masalah dan aib bangsanya di Yerusalem, dalam ayat 4, “Ketika aku mendengar hal-hal ini, duduklah aku dan menangis. Selama beberapa hari aku berkabung dan berpuasa dan berdoa di hadapan Allah semesta langit.” Nehemia kehilangan kekuatan di kakinya; Ia harus duduk segera setelah mendengar berita itu, dan ia pun menangis. Ia berkabung, berpuasa, dan berdoa selama berhari-hari. Nehemia menanggapi masalah ini dengan serius. Reaksi Nehemia terhadap kabar buruk ini patut dikagumi. Nehemia hidup relatif nyaman dan tenang; ia adalah seorang hamba raja dan mungkin tinggal di benteng, tetapi ia tidak peduli dengan hal-hal ini ketika mendengar rakyatnya sedang berjuang. Ia memiliki hati dan kepedulian yang mendalam terhadap sesama Yahudi – karena mereka adalah keluarganya meskipun mereka berada 900 mil jauhnya.Hanani (Nehemia 1:2) tampaknya adalah saudara kandung Nehemia. Daniel pernah menjadi pejabat tinggi Yahudi lainnya di pemerintahan Persia, dan ia juga seorang yang suka berdoa.Jabatan juru minuman di istana Persia telah mengungkapkan bahwa jabatan ini merupakan posisi yang otoritasnya berada di urutan kedua setelah raja (Nehemia 1:11b). Nehemia memiliki akses yang luar biasa kepada raja. Ia berada di posisi kehidupan yang begitu tinggi. Ia memiliki semua yang dapat ditawarkan kehidupan. Kebanyakan orang tidak peduli tentang apa pun kecuali hidup dan keluarga mereka sendiri. Mereka tidak pernah bertanya. Mereka tidak pernah memperhatikan penderitaan orang lain. Mereka buta. Nehemia adalah orang yang sungguh-sungguh peduli. Ia peduli terhadap kota, gereja, dan orang-orang yang telah kembali dari pembuangan untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Kita juga harus peduli terhadap saudara saya, rekan kerja saya, sesama orang Kristen, dan gereja saya.

4.  Berita sedih yang disampaikan  mempengaruhi Nehemia secara pribadi. Seolah-olah itu telah terjadi padanya. Nehemia tidak meratapi situasi. Ia tidak bertanya-tanya mengapa tidak ada yang melakukan apa pun. Ia tidak mengeluh. Ia tidak menghakimi. Ia ingin menjadi solusinya. Dalam tangisan  setelah mendengar tentangan, ia secara luar biasa mampu berdoa, “hendaklah telinga-Mu memperhatikan dan mata-Mu terbuka untuk mendengar doa hamba-Mu” (1:6a). Ia dengan penuh harap memohon “telinga” dan “mata” Allah bahkan ketika ia merasa Allah tidak ada. Ia berdoa memohon kesempatan untuk melakukan pekerjaan bagi Tuhan. Dengan sungguh-sungguh, Nehemia memohon perhatian Tuhan. Nehemia mengalami momen seperti Yesaya, “Ini aku, utuslah aku.” Nehemia memahami bagaimana rasanya merasakan duka yang bertubi-tubi. Respons Nehemia melampaui kesedihan; ia beralih ke doa sebagai sarana untuk memohon campur tangan Tuhan. Doanya ditandai dengan kerendahan hati, mengakui kebesaran dan kesetiaan Tuhan.

3.  Nehemia menunjukkan kepada kita  gambaran yang menakjubkan. Setelah mendengar berita tentang Yerusalem, ia bersiap dengan doa, doanya menuntun pada tindakan, dan kemudian ia mencari tangan baik Tuhan untuk memberinya keberhasilanKita harus mulai dengan doa dan terus berdoa karena hanya oleh kasih karunia dan tangan baik Tuhan kita akan memperoleh keberhasilan saat kita bekerja untuk Tuhan. Kasih jika abstrak itu tidak ada gunanya. kasih Nehemia mendorongnya untuk berdoa. Dalam doanya, Nehemia mengingat karakter dan perjanjian Allah dengan keyakinan yang teguh bahwa Firman Allah tidak dapat diubah. Karena itu, ia tahu bahwa ia memiliki dasar yang sah untuk datang kepada Allah.

Kita berhak untuk terus berdoa. Itulah harapan yang melekat dalam kisah Nehemia.Kesediaan untuk mengakui dosa merupakan karakteristik penting dari kepemimpinan rohani yang efektif. Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan mendapatn belas kasihan.

4. Nehemia menggambarkan pekerjaan Yesus di dunia. Yesus melihat masalah kita, bersyafaat, dan bertindak untuk kesejahteraan kita. Yesus  datang untuk menghapus rasa malu kita karena kita hancur karena dosa-dosa kita. Ketika kita merenungkan kehidupan Yesus, kita melihat kehidupan yang dipenuhi dengan doa. Permohonan Nehemia yang sungguh-sungguh untuk pemulihan selaras dengan panggilan Yesus untuk pertobatan dan transformasi. Empati Nehemia terhadap dosa umat mencerminkan identifikasi Yesus dengan dosa-dosa kita di kayu salib. Kepercayaan Nehemia pada janji-janji Allah selaras dengan panggilan Yesus untuk mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.

Ada banyak Nehemia di dunia Kristen yang dalam segala hal seperti Nehemia, masing-masing membangun tembok Yerusalem dengan  cara lain. Kisah Nehemia adalah kisah seorang pria yang tahu siapa dirinya dan yang tahu apa yang Tuhan inginkan darinya dalam hidupnya.

Paulus dalam Suratnya kepada  Roma dan II Korintus tidak hanya peduli dengan dirinya sendiri saat ia menghadapi kapal karam dan dipenjara. Bahkan, ia menganggap hal-hal ini sebagai penderitaan ringan dan sementara. Sebaliknya, perhatian utama Paulus adalah kesejahteraan umat Tuhan, dan gereja Tuhan, agar Tuhan dipermuliakan. Maka ia mengajukan pertanyaan retoris seperti, “Siapakah yang terluka dan aku tidak terluka?” Paulus berduka mendalam atas kemiskinan rohani yang parah dan penyembahan berhala.

Pertanyaan yang dapat kita ajukan adalah kapan terakhir kali kita pergi ke daerah dimana pun dan berduka secara mendalam atas keadaan buruk yang dialami  saudara-suadara kita? Untuk dapat tersentuh seperti itu membutuhkan Roh Tuhan yang bekerja dalam hidup kita. Inilah yang menandai Nehemia. Kita semua sebaiknya memohon agar Tuhan memberi kita hati seperti ini, agar kita dapat menangis, berpuasa, dan berdoa untuk keadaan umat yang menderita saat ini.  Allah menolong kita untuk memiliki kepedulian terhadap rumah Allah dan umat-Nya, mengasihi mereka dengan tulus hati, dan berdoa bagi mereka. Kita juga harus merendahkan hati kita untuk mengenal siapa diri kita, siapa Tuhan, dan apa yang diminta dari kita lakukan demi nama-Nya. Banyak area-area dalam hidup kita yang perlu dibangun kembali, dan dan harus memiliki keberanian dan tekad untuk bertindak seperti yang ditunjukkan Nehemia. Nehemia terbuka terhadap panggilan Tuhan untuk keluar dari zona nyaman kita. Bagaimana gereja kita dapat menangani tugas panggilan dengan tekad Nehemia? Adakah situasi masyarakat atau orang yang membuat hati kita terbebani oleh Allah? Kita perlu mengikuti teladan Nehemia; dapat menyeimbangkan rasa cukup dengan tetap terbuka terhadap panggilan Tuhan, keluar dari zona nyaman kita. Kita merenungkan keseimbangan antara doa dan tindakan kita.

Kiranya kita memupuk kehidupan doa, seperti Nehemia, spontan dan berakar kuat pada Firman Tuhan, Amin

Leave a comment