Khotbah Minggu 27 Juli 2025  KEJADIAN 18:22-32 

The Presence of the Righteous serves as a catalyst for God’s Mercy toward the Wicked

18:22 Lalu berpalinglah orang-orang   itu dari situ dan berjalan ke Sodom,  tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN 

18:23 Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?  

18:24 Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?  

18:25 Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian,   membunuh orang benar   bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama z  dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim a  segenap bumi tidak menghukum dengan adil? 

 18:26 TUHAN berfirman: “Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka. 

18:27 Abraham menyahut: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu.   

18:28 Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?” Firman-Nya: “Aku tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di sana.” 

18:29 Lagi Abraham melanjutkan perkataannya kepada-Nya: “Sekiranya empat puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan berbuat demikian karena yang empat puluh itu.” 

18:30 Katanya: “Janganlah kiranya Tuhan murka,   kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh di sana.” 

18:31 Katanya: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua puluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang dua puluh itu.” 

18:32 Katanya: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali   ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh   itu.

Setiap kali kita memikirkan atau berbicara tentang Tuhan, terdapat ketegangan yang luar biasa antara kepastian dan misteri.

Tema keadilan dan kebenaran tersebut menjadi alasan penting mengapa Abraham bersyafaat seperti itu.

1.  Ini mengandung terminologi yang mungkin tidak pantas untuk pembaca yang sensitif. Apakah kiisah ini ada hubungannya dengan homoseksualitas. Kejahatan yang menghancurkan kota Sodom dan Gomora telah menjadi bahan perdebatan. Secara tradisional, Sodom dan Gomora telah dikaitkan dengan tindakan homoseksual. Tindakan seksual yang dikaitkan dengan orang Sodom inilah yang kemudian menjadi asal nama kota tersebut dan menjadi istilah kontemporer. Referensi Alkitab tentang Sodom dan Gomora sering dikutip Yudas 1:7, yang menyebutkan percabulan dan “nafsu yang tak wajar,” dan “hal-hal yang keji.”  

Alkitab memberi tahu kita dengan tepat mengapa kota-kota itu dihancurkan. Yehezkiel 16:49 mengatakan: “Lihatlah, inilah kesalahan Sodom, adikmu itu: ia dan anak-anak perempuannya sombong, berkecukupan, dan hidup makmur, tetapi mereka tidak menolong orang miskin dan yang berkekurangan.” Kejadian 19 dengan jelas menunjukkan bahwa keinginan pria Sodom untuk berhubungan seksual dengan dua malaikat yang menyamar sebagai manusia. Setelah pertemuan ini, para malaikat mulai memerintahkan Lot untuk mengumpulkan anggota keluarganya karena mereka akan menghancurkan kota itu (Kej. 19:12-14). Kata Sodom berasal dari kata Ibrani yang berarti “dibakar,” dan Gomora dari kata yang berarti “dikubur,” ini merujuk pada kehancuran mereka. Satu-satunya kota dalam sejarah yang hancur sekaligus dalam satu hari. Kedua kota itu terletak tepat di dekat Laut Mati saat ini.

2.  Dalam Yudaisme/YOSEPHUS dan beberapa cabang Kekristenan telah mengusulkan bahwa kurangnya keramahan penduduklah, yang menyinggung Tuhan, bukan masalah homeseksual.  Tidak ada literatur Yahudi hingga tulisan-tulisan Philo pada abad pertama yang menghubungkan dosa Sodom dengan perilaku sesama jenis secara spesifik. Umat Kristen awal menafsirkan kisah Sodom sebagai perumpamaan tentang ketidakramahan, kesombongan, dan kekerasan, bukan perilaku sesama jenis. Ini tentang memperkosa hak orang asing, ini berkaitan dengan kejahatan kekerasan terhadap tamu. Orang-orang Sodom  berusaha menyerang Lot dengan kasar dan memperkosa tamunya (Kejadian 19:1–11). Perlakuan yang tidak ramah terhadap penduduk asing dan perantau inilah kejahatan mereka.   Sodom terkenal karena pengabaiannya yang keras terhadap norma-norma keramahtamahan. Ketidakramahan. Keserakahan. Pencurian. Penipuan. Pengabaian terhadap orang miskin dan yatim piatu. Ketidakmanusiawian. Perkataan Yesus dalam Matius 10:14-15: “Jika ada orang yang tidak menerima kamu dan tidak mendengarkan perkataanmu, keluarlah dari rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.” Dosa berat Sodom dan Gomora, dan daerah-daerah mana pun yang menolak murid-murid-Ny, adalah ketidakramahan. Selain itu, Yehezkiel 16:49 menyebutkan penolakan penduduk untuk merawat orang miskin. Sodom dan Gomora seharusnya dibandingkan dengan Niniwe pada zaman Yunus. Penduduk Niniwe juga jahat (Yunus 1:2) dan kejam (Yunus 3:8), namun mereka diselamatkan karena mereka bertobat dari kejahatan mereka dan memohon pengampunan Allah (Yunus 3:10). Penekanannya jelas pada penghinaan yang kejam, bukan keintiman atau kenikmatan seksual. Para lelaki Sodom ingin menyiksa para malaikat, bukan merayu mereka.

3.  Meskipun dosa-dosa mereka berupa kesombongan, percabulan, ketidakramahan, dan kekejaman, atau homesksual, itu semua  merupakan pelanggaran langsung terhadap Allah, menjijikan.  Semua dosa itu BURUK (apakah itu homeseksual atau dosa kecil yang dapat diterima) mengakibatkan kematian rohani yang lebih buruk daripada kematian fisik dalam jangka panjang. Apa yang terjadi di Sodom dan Gomora berfungsi sebagai peringatan bagi semua orang, sekaligus gambaran profetik tentang apa yang akan terjadi suatu hari nanti ketika Yesus kembali dalam kemuliaan-Nya yang penuh. Syukur kepada Allah karena ada Dia yang menjadi Perantara bagi kita, yang telah membawa kita kepada pertobatan, dan telah menyediakan jalan bagi kita untuk diampuni.

4.  Kita sering  diam tentang hal-hal yang penting, tetapi Abaraham tidak. Abraham bersyafaat untuk Sodom dan Gomora. Tekad Abraham cukup mencolok. Sesi tawar-menawar antara Allah dan Abraham ini sangat terkenal. Allah bisa saja berkata, “Apa yang Aku rencanakan itu adil. Jangan buang-buang waktu.” Tetapi Allah  tidak melakukannya. Abraham percaya kepada Allah, dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” Iman manusia pra-Kristen ini sungguh luar biasa bagi Allah. Inilah seseorang yang benar-benar cukup percaya kepada-Nya untuk memanjatkan doa syafaat seperti ini. Dalam percakapan yang menarik antara Abraham dan Tuhan ini, Abraham mendesak Tuhan untuk berbelas kasihan, menggenapi tujuan perjanjian. Abraham memohon kepada sifat Allah yang lebih baik, seperti yang dilakukan seseorang ketika mencoba membujuk seseorang yang berkuasa untuk melakukan hal yang benar. Abaraham memiliki keahlian bernegosiasi dalam mengetahui cara mendekati seseorang yang berkuasa untuk hasil yang baik. “Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?”  

4.  Cara Abraham mengajukan pertanyaan ini menyiratkan bahwa tindakan semacam itu akan merendahkan karakter orang yang ia ajak bicara. Ini bersifat sugestif;  bukankah dengan membunuh orang benar bersama orang fasik akan menjadi penodaan sifat Tuhan. Akankah Tuhan membunuh orang benar bersama orang jahat? Akankah Ia membunuh yang tak bersalah bersama yang bersalah? Abaraham memiliki harapan yang tinggi terhadap karakter atau sifat  Allah. Jadi bukan dosa Sodom dan Gomora yang menarik disini, melainkan karakter Abraham. Abraham tidak menawarkan untuk melakukan sesuatu sebagai atau  mencoba membeli respons Allah. Sebaliknya, ia berulang kali memohon karakter Allah sendiri yang penuh kasih karunia dan kebenaran. Tawar-menawar semacam ini tidak merendahkan Allah dengan transaksi, tetapi meninggikan Allah dengan mengagungkan kebenaran-Nya. Sepanjang doa yang berani ini, Abraham memohon pengampunan Tuhan, berulang kali mengakui kerendahan hatinya di hadapan Allah Yang Mahakuas. Abraham tetap menghormati Allah dan menyadari kelemahannya sendiri, sementara ia memohon dengan berani. Karakter dan firman Yahweh adalah dasar permohonan tersebut.Abraham membujuk Tuhan untuk menahan diri demi segelintir orang. Ada harapan bagi seluruh umat manusia karena Allah telah menyediakan jalan keselamatan dan sabar terhadap kita “karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9). Dalam kisah Sodom dan Gomora, penekanan pada kehidupan individu, jiwa individu. . Fokus kita seharusnya kepada-Nya, bukan pada dosa. Kita harus ingat bahwa Allah selalu siap menunjukkan belas kasihan. TUHAN akan memberikan yang baik” (Mazmur 138:8; 85:12). Allah tidak menghendaki siapa pun binasa, dan Dia mengulurkan tangan-Nya, meminta setiap orang untuk memilih memiliki hubungan dengan-Nya selamanya. Berdoa dengan tekun, berdoa sampai kepastian jawaban datang. itulah yang menarik dari teks ini. Jika kita menginginkan jawaban atas doa-doa kita, kita juga harus belajar untuk berdoa dengan tekun dan tidak menyerah sebelum kepastian jawaban doa datang.

5. Setelah Abraham mendasarkan argumennya pada lima puluh orang benar tersebut, Allah tidak berkata, “Aku tidak akan menghancurkannya,” melainkan, “Aku akan mengampuni seluruh tempat itu demi mereka” (18:26). Sebenarnya Allah tidak berkewajiban untuk tawar-menawar/bargain dengan manusia. Manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Tuhan, tetapi Allah mengizinkan Abraham untuk bernegosiasi dengan-Nya demi menyelamatkan Sodom dan Gomora. Meskipun Tuhan menyetujui negosiasi tersebut, pada akhirnya, bahkan 10 orang benar pun tidak dapat ditemukan, dan rencana Tuhan pun menang. Tentu saja, Tuhan tidak akan pernah bertindak melawan karakter dan firman-Nya sendiri. Namun, Tuhan dapat mewujudkan kehendak dan tujuan-Nya dengan berbagai cara.

Teks ini berdasarkan doa Bapa Kami: “Ampunilah kami akan dosa kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Dan juga “Kamu telah mendengar firman bahwa kamu harus mengasihi sesamamu manusia dan membenci musuhmu, tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu..

Abraham memahami Tuhan sebagai Pribadi yang akan bertindak adil dan benar, dan pemahaman itu memberanikan Abraham untuk berdoa seperti itu. Keberanian atau keyakinan di hadapan Allah diperlukan. Amin

Leave a comment