KHotbah Minggu 27 April 2025 Yesaya 55:1-5 God is not a thing to be studied. He is a person to be experienced. He is Food and life and joy for the soul

55:1 1 Ayo, hai semua orang yang haus   marilah dan minumlah air,   dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli   dan makanlah, juga anggur dan susu   tanpa bayaran!  

 55:2 Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?   Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik   dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. 

 55:3 Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah,   maka kamu akan hidup!   Aku hendak mengikat perjanjian   abadi dengan kamu, menurut kasih setia   yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.  

 55:4 Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi   bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah   bagi suku-suku bangsa; 

55:5 sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa   yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu,   oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus,   Allah Israel, yang mengagungkan   engkau.

1. Kita hidup dalam masyarakat yang terus menerus didorong oleh kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan, kerja keras dan ambisus. Jika kita tidak bekerja cukup cepat, cukup keras, dan tidak membuat perusahaan menguntungkan, kita akan dipecat. Kehidupan “gila kerja” inilah yang Yesaya minta kita tinggalkan. Kita perlu membersihkan agenda kesibukan kita, keluar dari jalur cepat, dan memberikan waktu kepada Tuhan. HAti kita terasa seperti rumput  yang telah kuning atau cokleat. Sudah lama tidak turun hujan. Stop looking for satisfaction in things. Seperti orang-orang pada zaman Yesaya, kita telah kehilangan pandangan tentang apa yang benar-benar penting. Kita mencari kepuasan di tempat yang salah. Kita haus keinginan, mata kita lebih besar dari perut kita, kita serakah dan tamak. Memiliki sedikit keinginan, merasa puas dengan apa yang kita miliki adalah sangat penting. Bukankah seharusnya kita yang memutuskan apa yang kita butuhkan? Ada dua jenis orang di dunia: pemberi dan pengambil. Para pengambil mungkin makan lebih baik, tetapi pemberi tidur lebih baik.

Tugas Yesaya adalah membuat Israel kembali ke Yerusalem, tanah air mereka, dan membangun kembali kota dan bait suci mereka. Mereka telah menetap dipangasingan dan melupakan tujuan mereka, yaitu “menjadi hamba” dan “setia” kepada Tuhan. Menurut Yesaya, mereka “mencari apa yang tidak memuaskan.” Mereka telah memperoleh keamanan materi, dengan kata lain, terutama yang dikonsumsi oleh kebutuhan fisik mereka. Akibatnya, mereka telah mengabaikan iman mereka. Mereka dikonsumsi oleh jalan “mereka”, bukan jalan “Allah”.

2. Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan bekerja keras untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?” Ini bukan berarti kita tidak perlu memasukkan waktu bersenang-senang dalam hidup kita, dan itu bukanlah maksud Yesaya. Bila hidup kita penuh dengan berbagai aktivitas dan agenda yang menyita waktu, tidak ada lagi ruang bagi Tuhan.

Yesaya mengingatkan umatnya tentang panggilan mereka. Mereka dipanggil untuk menjadi “hamba.” Daripada melayani diri sendiri, mereka harus menjadi “Terang bagi bangsa-bangsa.”

“Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku, dengarkanlah, supaya engkau hidup. Aku akan mengikat perjanjian kekal denganmu, perjanjian-Ku yang teguh. Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.”

Tuhan ingin umat-Nya kembali kepada-Nya dengan mengingat mengapa mereka dipilih. Mereka dipanggil untuk meninggalkan kehidupan mereka yang sibuk menuju kehidupan yang penuh dengan tujuan dan kasih. Tidak terlambat. Masih ada waktu dan mereka akan diampuni. Berpaling kepada Tuhan membuat kita segar dan diperbarui. Itu memberi kita kesempatan untuk mendapatkan perspektif baru tentang kehidupan, menata ulang kehidupan kita, dan berfokus pada apa yang berharga. Tidak terlambat bagi kita juga. Tuhan memanggil kita juga, menjauh dari kehidupan yang tidak memuaskan menuju kehidupan yang memuaskan. Jalan kita dapat menjadi jalan Tuhan. Pikiran kita dapat menjadi pikiran Tuhan ketika menemukan ketenangan dan kedamaian dalam jalan Tuhan. Bukan berarti kita harus meninggalkan semua yang sedang kita lakukan dan pergi menjadi misionaris di negeri asing. Yang Yesaya maksudkan adalah agar para pendengarnya meninggalkan gaya hidup kita yang sibuk dan melakukan apa yang kita bisa di mana pun kita bisa.

4. Sama seperti Yesaya memanggil Israel untuk berbalik kepada Tuhan dan “mencari jalan Tuhan” melalui pelayanan dan pemuridan, dia juga memanggil kita. Namun, dia juga membuat janji. Dia berkata, “Aku akan membuat denganmu perjanjian yang kekal.” Dia menjanjikan “makanan yang lezat” dan “air dan susu” bagi jiwa-jiwa yang haus. Dia juga berjanji bahwa bangsa-bangsa lain akan menghormati mereka. Dengan kata lain, mengikuti jalan Tuhan menuntun pada sukacita.

Kita harus melepaskan sesuatu, mungkin menghilangkan beberapa aktivitas, atau mengurangi sesuatu. Mereka mengatakan bahwa seorang pelaut memiliki dua hari bahagia dalam hidupnya; “Hari ketika ia membeli perahu barunya dan hari ketika ia menjualnya.” Ketika kita mampu melakukan itu dengan hal-hal dalam hidup kita yang menguras tenaga kita, kita telah menemukan kedamaian.

Sama seperti ikan yang terdampar di pantai ingin kembali ke air (karena itu adalah unsur alaminya), demikian pula jika kita mendapati diri kita mendambakan sesuatu, itu karena kita juga telah terlempar dari unsur alami kita. Kerinduan kita sering kali merupakan cerminan dari apa yang juga diinginkan Tuhan sebagai Pencipta bagi kita. Keinginan kita mengungkapkan untuk apa kita diciptakan. 

Orang-orang terus-menerus mencari apa yang mereka pikir akan memuaskan mereka, tetapi mereka selalu gagal. Kita mengonsumsi banyak barang, tetapi kita tidak pernah kenyang. Kita mengisi hidup kita dengan jadwal yang padat, mengurus berbagai keperluan, mengasuh anak, berbelanja, dan segala jenis hiburan. Kita juga hidup dalam hiruk pikuk teknologi, hidup kita lumpuh karena televisi, terpesona oleh internet, terus-menerus berbicara di ponsel, cehck Facebook. Kita berpindah dari satu hal ke hal lain, makan sambil berlari, menikmati sebanyak mungkin tayangan di YouTube  dengan keyakinan bahwa kita akan menemukan kebahagiaan. Kita melihat segala sesuatu, tapi tidak menangkap apa-apa kecuali angin, sebaliknya kita mendapati diri kita hidup dengan panik, berlari ke berbagai arah, seperti anjing gila lari ke segala arah, kelelahan, tertekan, dan tersesat.

5.  “Datanglah dan ambillah,” sang nabi mengundang bahkan mendesak kita ke sana. Selusin kata kerja imperatif memberikan nada mendesak pada ayat 1-7—urgensi tetapi  membahagiakan. Dalam memahami Yesaya 55 ini kita harus mengingat konteks di mana Yesaya mengucapkan kata-kata ini. Penerima firman nubuat dalam Yesaya 55 digambarkan sebagai orang-orang yang berkekurangan. Haus dan tidak punya uang (ayat 1) memang merupakan metafora yang tepat untuk menggambarkan dengan baik situasi komunitas pembuangan. Ayat-ayat ini menyajikan pembalikan nasib Israel yang dramatis oleh Tuhan.  Penghakiman telah berlalu dan masa baru, kesenangan ilahi tiba. Setelah amarah diredakan, bangsa itu dipanggil ke air berkat yang manis sekali lagi. Pembalikan penghakiman Allah diikuti oleh perluasan berkat Daud-Nya. Seluruh bangsa diundang untuk menikmati harta kerajaan dari gudang kemurahan hati ilahi ini. Selain menjadi penerima kebaikan Allah, bangsa itu ditinggikan ke tingkat posisi yang baru, karena sekarang mereka secara lebih langsung mengambil bagian dalam panggilan kerajaan Hamba Daud. Wewenang dan martabat yang sebelumnya merupakan milik khusus raja sekarang dinikmati oleh seluruh bangsa. Salah satu berkat besar yang akan datang kepada umat Allah karena kematian dan kebangkitan Kristus adalah bahwa semua bangsa akan tersentuh. Penebusan Kristus bukan hanya untuk orang Yahudi. Itu bukan hanya untuk kita. Itu untuk semua bangsa. Penebusan ini menyebar ke semua bangsa.

6. Haus adalah keinginan fisik—bahkan lebih kuat daripada keinginan untuk makan. Rasa lapar dan haus juga berfungsi sebagai metafora (simbol) untuk kerinduan rohani. Yesus  berjanji, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Matius 5:6). Pada tataran spiritual, orang yang merasa puas diri dan merasa benar sendiri tidak lapar dan haus akan kebenaran karena mereka percaya bahwa diri mereka benar-benar baik—lebih unggul dari orang lain. Mereka berdoa, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain” (Lukas 18:11), tetapi doa mereka tidak ada gunanya. Namun, mereka yang lapar dan haus akan kebenaran berdoa, “Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini” (Lukas 18:13), dan mereka pulang ke rumah mereka sebagai orang yang dibenarkan—“Karena barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, tetapi barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 18:14).

Mereka yang meninggikan diri biasanya adalah orang-orang yang punya alasan untuk bangga dengan pencapaian mereka dan mungkin melalui cara yang tidak benar.  Kekayaan membuat mereka sulit untuk menjadi rendah hati. Yesus berkata, “Betapa susahnya bagi mereka yang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah! Karena lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Lukas 18:24-25). Orang-orang yang menganggap diri mereka “berhasil dengan usahanya sendiri” memiliki masalah. Namun, orang-orang yang religius juga memiliki masalah. Ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam kepala—orang-orang yang membunuh Yesus—bukanlah yang terburuk dari yang terburuk, melainkan yang terbaik dari yang terbaik. Kita yang berada di posisi kepemimpinan di gereja perlu ingat untuk berdoa, “Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini.”

Yahweh menawarkan sesuatu yang tak ternilai harganya—terlalu berharga untuk diberi label harga. “ Ini menunjukkan ketidakmampuan total orang-orang buangan untuk mengubah situasi mereka. Berapa harga yang kita harapkan akan dikenakan Tuhan untuk tempat di meja-Nya untuk makan dan minum? Jika Tuhan harus menentukan harga, bagaimana kita akan mengumpulkan uangnya? Namun, ini adalah tawaran kasih karunia murni. Teks ini menegaskan bahwa anugerah keselamatan yang ditawarkan oleh Allah sepenuhnya gratis–tidak ada yang dapat dilakukan seseorang untuk mendapatkan anugerah yang penuh kasih karunia ini. Tuhan memiliki sesuatu yang tak ternilai untuk ditawarkan, tetapi Dia dengan sengaja menetapkan harga yang terjangkau bagi semua orang gratis. Satu-satunya persyaratannya adalah kita menanggapi undangan tersebut—bahwa kita “datang, dan makan!” Semua orang yang haus dan tidak punya uang — tidak punya sumber daya, tidak punya posisi tawar, tidak punya rekam jejak, tidak punya kekuasaan, tidak punya gengsi, tidak punya daya tarik.

Jelaslah bahwa makanan rohani yang merupakan Firman Tuhan merupakan aspek penting dari undangan Tuhan dalam teks kita. Bagaimanapun, Tuhan memanggil kita untuk mendengarkan Tuhan dan makan apa yang baik. Apa yang Tuhan tawarkan kepada kita adalah semacam “makanan jiwa” yang memelihara kita sepenuhnya seperti sepotong roti sungguhan. Alkitab sering menggunakan perumpamaan perjamuan sebagai simbol keselamatan. Bagaimanapun, Tuhan berkata, “Datanglah dan ambillah!” kepada semua orang yang menanggung beban dosa kita. Kepada semua orang yang haus akan kehidupan kekal, Tuhan berkata, “Datanglah dan ambillah!” Kepada semua orang yang haus akan Kristus, Air Hidup, Tuhan berkata, “Datanglah dan ambillah!” di dalam Kristus, Tuhan mengumumkan bahwa perjamuan besar keselamatan umat Tuhan sudah siap. Dia membawa makanan lezat pengampunan dan air kehidupan kekal bagi anak-anak Allah. Amin

Leave a comment