Bilangan 21:10-20 Khotbah 30 Maret 2025 If We Would share in Divine Joys, We Must Carefully Follow the Divine Direction

21:10 Kemudian berangkatlah orang Israel, lalu berkemah di Obot.   

21:11 Berangkatlah mereka dari Obot, lalu berkemah dekat reruntuhan di Abarim, di padang gurun yang di sebelah timur Moab.   

21:12 Dari situ berangkatlah mereka, lalu berkemah di lembah Zered. 

21:13 Dari situ berangkatlah mereka, lalu berkemah di seberang sungai Arnon   yang di padang gurun dan yang keluar dari daerah orang Amori, sebab sungai Arnon ialah batas Moab, di antara orang Moab dan orang Amori.   

21:14 Itulah sebabnya dikatakan dalam kitab peperangan   TUHAN: “Waheb di Sufa dan lembah-lembah ke sungai Arnon, 

21:15 dan lereng lembah-lembah; lereng itu terbentang ke tempat di mana terletak kota Ar,   dan bersandar pada batas daerah Moab.” 

21:16 Dari sana mereka ke Beer.   Inilah sumur di mana TUHAN berfirman kepada Musa: “Kumpulkanlah bangsa itu, maka Aku akan memberikan air kepada mereka.” 

21:17 Pada waktu itu orang Israel menyanyikan nyanyian   ini: “Berbual-buallah, hai sumur! Mari kita bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan karena sumur yang digali oleh raja-raja, 

21:18 yang dikorek oleh kaum bangsawan di antara bangsa itu dengan tongkat-tongkat kerajaan, dengan tongkat-tongkat mereka.” Dan dari padang gurun mereka ke Matana; 

21:19 dari Matana ke Nahaliel; dari Nahaliel ke Bamot; 

21:20 dari Bamot ke lembah yang di daerah Moab, dekat puncak gunung Pisga   yang menghadap Padang Belantara.

1.   Apa arti ayat Ini bagi orang Kristen masa kini?  Khotbah ini adalah bagian dari narasi orang Israel berjalan melalui hutan belantara di bawah kepemimpinan Musa. Musa memutuskan untuk menggunakan rute ini untuk masuknya Israel ke Kanaan. Perjalanan mengelilingi Tanah Edom ini kira-kira seratus mil dan memakan waktu. Pastilah perjalanan yang cukup jauh dengan lebih dari satu setengah juta orang. Itu pasti pengalaman yang menarik. Dalam perjalanan ini mereka dituntut untuk bergantung kepada-Nya. Tuhan berusaha menumbuhkan iman mereka dan iman generasi berikutnya. Salah satu tema utama dalam ayat ini adalah perjalanan fisik orang Israel melalui hutan belantara. Perjalanan mereka selama empat puluh tahun hampir berakhir, mereka akan memasuki Promised Land. Sepanjang perjalanan mereka, orang Israel menghadapi banyak tantangan dan rintangan, dan ayat ini berfungsi sebagai pengingat medan geografis yang mereka tuju. Penyebutan lokasi spesifik dalam ayat ini menggarisbawahi gagasan bahwa Tuhan terlibat erat dalam setiap aspek perjalanan orang Israel, dari medan fisik yang mereka lintasi ke tantangan spiritual yang mereka hadapi.

2.  Bilangan 21:10 berfungsi sebagai pengingat bahwa perjalanan iman masih berlangsung. Sama seperti orang Israel berpindah dari satu tempat ke tempat lain di bawah bimbingan Allah, orang percaya dipanggil untuk terus bertumbuh, belajar, dan mengikuti pimpinan Allah dalam kehidupan mereka sendiri. Perjalanan orang Israel, yang ditandai dengan pergerakan konstan dan ketergantungan pada bimbingan Tuhan, menemukan penggenapannya yang utama dalam Yesus Kristus. Sama seperti orang Israel yang dituntun langkah demi langkah melalui padang gurun, Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk berjalan bersama-Nya setiap hari, percaya pada kepemimpinan-Nya. Yesus sendiri berbicara tentang menjadi jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14:6).  Perjalanan bersama-Nya adalah perjalanan yang terus bergerak dan bertumbuh. Semakin dekat kita datang ke surga menjadi semakin aktif dan melimpah dalam pekerjaan Tuhan.

Jalan memutar yang panjang yang dipaksakan orang Edom kepada orang Israel menyebabkan orang-orang menjadi tidak sabar dan mengeluh lagi. Pelajaran pertama yang mungkin kita abaikan adalah bahwa musuh terkadang dapat membuat kita mengambil jalan memutar, tetapi mereka tidak akan pernah dapat mencegah kita untuk tiba di tempat yang Tuhan inginkan bagi kita. Sepanjang perjalanan hidup kita,  kita juga akan menghadapi jalan memutar. Tuhan akan menuntun kita melalui jalan memutar itu, dan kita akan tiba di tujuan yang dimaksudkan-Nya.

 3.  Ini adalah pengingat akan tantangan, transisi, dan transformasi yang dialami orang Israel dalam perjalanan ke tanah yang dijanjikan. Melalui referensi geografis dan tema bimbingan dan penyediaannya, ayat ini juga menekankan peran sentral Allah dalam perjalanan orang Israel. Salah satu tema utama dalam ayat ini adalah perjalanan fisik orang Israel melalui hutan belantara. Perjalanan ini merupakan simbol dari perjalanan spiritual yang lebih besar yang dilakukan orang Israel saat mereka berusaha mencapai tanah yang dijanjikan. 

Nama-nama tempatnya sulit diucapkan, dan kita cenderung ingin melewati pelajaran geografi. Mudah untuk mengabaikan catatan perjalanan tempat-tempat yang mereka lalui saat namun, jika kita melakukannya, kita akan kehilangan beberapa pelajaran terpenting yang akan diajarkan Tuhan kepada kita di padang gurun. Penyebutan Zered dan Arnon, sungai yang mengalir ke Laut Mati dari timur, memberikan petunjuk tentang perkiraan lokasi mereka. Penggunaan nama-nama tempat tertentu, seperti Zahab di Suphah dan jurang-jurang di Arnon, menambah kejelasan pada narasi, dan lokasi-lokasinya nyata. Rincian temat ini mengingatkan para pembaca bahwa kisah-kisah dalam Alkitab bukan sekadar pelajaran rohani, tetapi peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam ruang dan waktu. Penyebutan lokasi spesifik dalam ayat ini menggarisbawahi gagasan bahwa Tuhan terlibat erat dalam setiap aspek perjalanan orang Israel, dari medan fisik yang mereka lintasi ke tantangan spiritual yang mereka hadapi. Dalam setiap tahap kehidupan kita, bahkan, dalam setiap langkah, kita harus memperhatikan apa yang telah Allah lakukan untuk kita. Apa yang Tuhan lakukan dan dimana  tempatnya harus diingat dengan jelas. Kisah-kisah ini dicatat dalam urutan tertentu untuk menunjukkan kepada kita petunjuk tentang sejarah penebusan.

4.  Mereka berkemah di Oboth, yang mengartikan botol, disebut demikian mungkin karena di sana mereka mengisi botol mereka dengan air, ini cukup untuk beberapa waktu; keadaan mereka sama seperti keadaan di Hagar (Kej. 21:15). Air di dalam botol itu habis untuk bertahan beberapa waktu, namun kita tidak menemukan bahwa mereka bersungut-sungut, mereka menunggu dan percaya bahwa Tuhan dengan murah hati  akan memperhatikan kebutuhan mereka dan berharap membawa mereka ke sebuah sumur air. Di dunia ini, kita sedang berkemah di “Oboth,” di mana kenyamanan kita terletak pada bejana yang kecil dan minim. Ketika kita datang ke surga kita akan pindah ke Beer, sumur kehidupan, sumber air hidup.

Ada lebih dari satu cara ke Kanaan. Orang Israel menghindari konfrontasi dengan kerabat mereka, orang-orang Moab. Orang Israel dalam perjalanan mereka secara religius mengingat perintah Tuhan yang berikan kepada mereka untuk tidak menggunakan permusuhan terhadap orang-orang; “lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: Janganlah melawan Moab dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu apapun dari negerinya menjadi milikmu, karena Ar   telah Kuberikan kepada bani Lot  menjadi miliknya” (Ulangan 2″9) itulah sebabnya mereka keluar dari daerah orang Amori (Ayat 13). Mereka diperintahkan untuk tidak menyusahkan orang Moab dan orang Amon. Israel dan Edom adalah bangsa yang bersaudara (Edom adalah keturunan Esau, Israel adalah keturunan Yakub). Mereka adalah keturunan Lot yang saleh.

5.  Yang menarik adalah penyebutan “Kitab Perang Yehuwa.” “Kitab peperangan TUHAN: “Waheb di Sufa dan lembah-lembah ke sungai Arnon”. Kitab ini mungkin merupakan kumpulan lagu-lagu perang kuno untuk memuji Tuhan. “Kitab Perang Tuhan” (Bilangan 21:14) adalah kumpulan lagu yang memperingati tindakan-tindakan mulia Tuhan atas nama orang Israel. Sama seperti orang Israel mengingat kembali pertempuran mereka untuk mengingat kesetiaan Tuhan, orang Kristen dipanggil untuk memandang salib sebagai bukti utama kasih dan kuasa Tuhan untuk menyelamatkan. Ini adalah pengingat bahwa kita harus menyimpan catatan tertulis tentang kemenangan yang dicapai Tuhan di sepanjang jalan. Kita harus mencatat, dan dengan cara itu melestarikan, catatan tentang apa yang telah Dia lakukan, di mana Dia melakukannya, dan kapan Dia melakukannya.

Seperti yang dapat kita lihat berulang kali dalam kisah orang Israel, mereka cepat melupakan kebaikan dan kemurahan hati Tuhan. Kita harus setia mencatat, meninjau, dan menceritakan kemenangan-kemenangan Allah di masa lalu; dan membiarkan kemenangan-kemenangan itu menggugah kita untuk semakin beriman kepada Pribadi-Nya, janji-janji-Nya, dan tujuan-Nya di masa mendatang. Kita harus meluangkan waktu untuk merayakan kebaikan dan kemenangan Tuhan, menyimpannya dalam bentuk tulisan untuk kenangan kita di masa mendatang, serta untuk generasi-generasi berikutnya.

Pertempuran yang dicatat dalam “Kitab Perang Tuhan” adalah kemenangan sementara, tetapi kemenangan Yesus di kayu salib adalah kekal, mengamankan keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. “Lalu orang Israel menyanyikan lagu ini: ‘Sumber air, hai sumur! Bernyanyilah untuknya!  Sumur yang digali oleh para pemimpin, yang digali oleh para pemuka bangsa, dengan tongkat kerajaan dan dengan tongkat-tongkat mereka.’”

Allah memerinthkan untuk menggali sumur; dan para pemimpin umat “menggalinya.” Kata itu adalah khaphar Itu berarti “mencongkel,” dan dengan demikian secara implisit, menyelidiki, mencongkel, mencari, atau bahkan menggali. Para penguasa ini mencari apa yang telah Tuhan sediakan bagi mereka. Mereka menggali sumur itu, dan mereka menggali dengan tongkat mereka bukan alat kelas satu. Bukankah sekop atau cangkul lebih baik? Tetapi mereka melakukan apa yang diperintahkan. Mereka menggali dengan tongkat mereka. Kita harus menggali semampu kita. Kita harus menggunakan kemampuan apa yang kita miliki. Adalah tugas setiap orang Kristen untuk mencoba mengetahui sebanyak mungkin dan mendapatkan bakat sebanyak yang kita bisa, tetapi jika kita memiliki satu bakat, gunakan satu bakat itu.” (Spurgeon). Di sini Tuhan memberi orang Israel air, tidak seperti sebelumnya dengan pasokan ajaib dari batu, tetapi dengan memerintahkan mereka untuk menggali sumur.

6.  Di sini kita melihat  bahwa Allah memberikan air dengan kasih (ayat 16): Kumpulkanlah bangsa itu, untuk menjadi saksi-saksi keajaiban itu, dan untuk berbagi kebaikan, dan Aku akan memberi mereka air. Sebelum mereka berdoa, Allah mengabulkan, dan mengantisipasi mereka dengan berkat-berkat kebaikan-Nya. Orang Israel menerima air/sumur dengan sukacita dan rasa syukur, “berbual-buallah, hai sumur! Mari kita bernyanyi-nyanyi” (ayat 17). Kemudian mereka menyanyikan lagu ini untuk kemuliaan Allah dan saling menguatkan. Seperti ular tembaga yang merupakan gambaran Kristus, yang ditinggikan untuk kesembuhan kita, demikian pula sumur ini merupakan gambaran Roh, yang dicurahkan untuk penghiburan kita, dan dari siapa mengalir kepada kita sungai-sungai air hidup, Yoh. 7:38. Apakah sumur ini memancar dalam jiwa kita?

7.  Jika orang-orang zaman dahulu bernyanyi tentang sumur di pasir, betapa lebih tepat lagi untuk bernyanyi tentang Roh Yesus yang memancar dalam jiwa kita (Yohanes 7:37–39) dan tentang minum dari Kristus (1 Kor 10:4), yang tidak akan pernah haus lagi (Yohanes 4:10–15). Bagi umat Kristen masa kini, Bilangan 21:16 menjadi pengingat yang kuat tentang kemampuan Allah untuk menyediakan segala sesuatu dalam setiap situasi. Sama seperti Allah memenuhi kebutuhan orang Israel akan air di Beer, Tuhan akan terus memenuhi kebutuhan umat-Nya saat ini, dan itu sering dengan cara yang mengejutkan. Ayat ini mendorong orang percaya untuk percaya pada penyediaan Allah, bahkan ketika sumber daya tampak langka atau ketika kita berada di “padang gurun.” Bilangan 21:16 dengan indah mencerminkan sifat Allah yang pengasih. Meskipun orang Israel berulang kali berjuang dan mengeluh selama perjalanan mereka, Allah terus memelihara mereka dan memenuhi kebutuhan mereka. Penyediaan air di Beer merupakan tanda yang jelas akan kasih karunia dan kesabaran Tuhan, ini menunjukkan komitmen-Nya yang teguh terhadap kesejahteraan umat-Nya.

8.  Kasih Tuhan terlihat dalam kehadiran-Nya yang terus-menerus dan kesediaan-Nya untuk memenuhi kebutuhan umat-Nya. Dia tidak meninggalkan mereka di padang gurun, tetapi menyediakan kesegaran dan makanan, bahkan ketika mereka berada dalam situasi yang paling menantang. Ayat ini menunjukkan bahwa kasih Tuhan tidak hanya terlihat dalam mukjizat-mukjizat besar, tetapi juga dalam penyediaan kehidupan sehari-hari yang menopang kita. Sumur di Beer dan penyediaan air secara langsung terhubung dengan Yesus Kristus yang sering digambarkan sebagai sumber utama air hidup. Dalam Yohanes 4:14, Yesus memberi tahu wanita Samaria di sumur, “Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebab air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Yesus menampilkan diri-Nya sebagai penggenapan janji Tuhan untuk menyediakan, yang tidak hanya menawarkan makanan jasmani tetapi juga kehidupan rohani yang kekal. Undangan Yesus untuk datang kepada-Nya untuk mendapatkan air hidup menggemakan persediaan di Beer, mengingatkan kita bahwa karunia Allah yang terbesar ditemukan di dalam Kristus, yang memuaskan kebutuhan kita yang terdalam. Sama seperti Allah menyediakan air untuk menyegarkan orang Israel di padang gurun, Yesus menawarkan air hidup yang menyegarkan jiwa kita, menyediakan kehidupan dan harapan yang tidak pernah kering. Inilah yang Tuhan minta dari kita. Dia meminta kita untuk datang, dalam iman, mengesampingkan kepercayaan pada diri sendiri, dan perbuatan baik kita. Apakah Anda siap untuk datang kepada Kristus dan menyerahkan diri Anda ke tangannya yang kuat. Betapa bodohnya kita jika kita menolak kasih karunia yang ditawarkan kepada kita?

9.  Jika kita ingin ikut menikmati sukacita ilahi, kita harus mengikuti arahan Tuhan.  Bilangan 21:17 menggambarkan momen perayaan dan rasa syukur di antara orang Israel selama perjalanan mereka melalui padang gurun. Setelah Tuhan menyediakan air dari sumur di Beer, orang-orang menanggapinya dengan nyanyian pujian, dengan menyatakan, “Mata air, hai sumur!” Pernyataan penuh sukacita ini mencerminkan pengakuan mereka atas pemeliharaan Tuhan dan keinginan mereka untuk merayakan kesetiaan-Nya. Bernyanyi merupakan respons alami untuk mengalami pemeliharaan Tuhan dengan cara yang nyata, dan itu menjadi ungkapan kepercayaan dan sukacita mereka kepada-Nya.

Nyanyian itu tidak hanya mencerminkan kelegaan fisik karena memiliki air, tetapi juga rasa harapan dan kebersamaan yang baru di antara orang Israel. Itu adalah momen ketika fokus mereka bergeser dari pergumulan mereka menjadi pengakuan atas kebaikan Tuhan. Ayat ini menunjukkan pentingnya penyembahan dan ucapan syukur, terutama sebagai respons atas tindakan pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Sama seperti orang Israel bernyanyi bersama, orang Kristen dipanggil untuk berkumpul dan beribadah, merayakan cara Tuhan memenuhi kebutuhan kita dan menopang kita. Penyembahan membantu mengalihkan fokus kita dari masalah kita kepada kuasa dan kehadiran Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa berkat Tuhan tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi juga untuk mendekatkan kita kepada-Nya dalam penyembahan dan rasa syukur.

Tuhan memiliki kita persis di tempat yang Tuhan inginkan. Tuhan memiliki rencana dan tujuan yang baik untuk kita. Tampaknya kadang -kadang seolah-olah kita tersesat di padang pasir, berkeliaran tanpa tujuan, berputar-putar. Tetapi Tuhan ada di sana, dengan hati-hati membawa kita ke tanah Perjanjian. Jadi ikuti Tuhan dan percayalah padanya dan Tuhan akan melakukan hal-hal luar biasa untuk kita. Amin.

Leave a comment