Khotbah Minggu 10 November 2024 I Raja-raja 17:7-16  Faith is Always More Important Than Finances

17:7 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. 

17:8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: 

17:9 “Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.” 

17:10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: “Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.” 17:11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.” 

17:12 Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” 

17:13 Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. 

17:14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” 

17:15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. 

17:16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

1.  Kisah minggu ini menyangkut nabi Elia dan seorang janda tak bernama dari Zarefat (Zarephath identik dengan situasi yang mustahil), berada di utara Palestina, di tempat yang sekarang disebut Lebanon. Ini adalah kisah yang tidak biasa karena segala sesuatu tentangnya bertentangan dengan logika manusia. sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk memercayai Tuhan bahkan ketika Tuhan menuntun kita ke arah yang tidak akan kita tuju dan memanggil kita untuk melakukan hal-hal yang tidak akan kita lakukan. Melakukan kehendak Tuhan ketika  sesuai dengan keinginan kita adalah satu hal yang muda; tetapi dibutuhkan iman ketika itu tidak sesuai keinginan kita. Kemudian itu menjadi masalah kepercayaan, dan itulah inti dari khotbah hari ini. Seorang janda yang menunjukkan iman yang luar biasa. Tampaknya sangat aneh menggunakan seorang janda untuk berbicara tentang uang karena pada zaman kuno, kata-kata “miskin” dan “janda” hampir identik. Tanpa seorang suami untuk menyediakan dan melindungi mereka, para janda adalah salah satu anggota masyarakat yang paling rentan. Organisasi hak asasi manusia mencatat bahwa dampak bencana alam, termasuk perubahan iklim, dirasakan paling akut oleh wanita dan anak-anak. Namun Alkitab menganggap ini sebagai contoh yang bersinar tentang apa artinya mempercayai Tuhan dengan segalanya. Kata Ibrani untuk “janda” menyerupai kata yang berarti “menjadi bisu.” Hubungan tersebut menunjukkan bahwa menjadi janda menciptakan semacam kebisuan sosial.

2.  Janda itu terperangkap dalam rawa yang benar-benar ingin membantu orang asing yang membutuhkan dan dia menghadapi tanggung jawab untuk merawat keluarganya sendiri. Seorang imigran meminta makanan kepada warga negara yang kelaparan. Ketakutan keuangan mendominasi pandangan sang janda.  Pahamilah, para janda pada waktu itu berada di anak tangga terbawah. Wanita, pada umumnya, tidak jauh lebih baik. Mereka bergantung pada seorang suami untuk melindungi dan menafkahi mereka. Itu adalah prospek yang menyayat hati. Bukankah para janda biasanya membutuhkan bekal? Ini adalah ujian iman. Sama seperti Allah menguji Elia dengan menyuruhnya datang ke Zarefat (Elia menurutin perintah Tuhan walaupun dia mengetahui bahwa janda bukanlah pilihan yang layak untuk bertahan hidup. Dengan mengacu pada hukum keramahtamahan yang menyatakan bahwa orang asing berhak atas makanan dan minuman, Elia meminta kepada janda yang ditemuinya di pintu masuk Zarefat untuk minum air dan makan), demikian pula sekarang Allah menguji janda miskin ini dengan memintanya untuk memberikan Elia bagian pertama dari apa yang ia yakini akan menjadi makanan terakhirnya. Akankah ia melakukannya? Perintahnya kepada perempuan itu untuk memberinya makan gandum terakhirnya mengejutkan. Keputusasaan janda itu terlihat jelas dalam pernyataannya bahwa ia dan putranya akan makan makanan terakhir mereka dan kemudian mereka akan mati. Jika tidak ada makanan, satu-satunya kesimpulan logis adalah bahwa kematian akan segera menyusul. Mengapa perempuan itu menuruti perintahnya? Apakah dia merasa terancam oleh Elia? Bagaimanapun, dia sendirian dan rentan. Atau apakah dia hanya yakin bahwa janji nubuat Elia tentang makanan?

3.  Elia mengucapkan Firman Tuhan dengan jelas dan berani. Dia memerintahkannya untuk tidak takut dan kemudian memberitahunya untuk membuat roti seperti yang dia rencanakan, tetapi diberikan kepadanya alih-alih mengkonsumsinya sendiri atau memberikannya kepada putranya. Perintah -perintah ini disertai dengan janji dari Allah sendiri, ” Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” Apakah dia akan mempercayai Tuhan dengan adonannya? Sungguh ujian iman! Apa yang akan kita lakukan jika kita berada diposisi janda? Maukah kita berani memberikan persediaan terakhir? Apakah kita takut untuk melepaskan  persediaan yang sudah menipis? Apakah kita merawat keluarga terlebih dahulu? Atau apakah menuruti Firman Tuhan? Apakah kita benar-benar mempercayai Tuhan untuk menjaga kita? Apakah kita menaruh kepercayaan pada uang dan harta benda yang dapat dilihat atau pada Tuhan yang tidak terlihat? Apakah kita cukup mempercayai Tuhan dan bersedia untuk melepaskan kendali atas harta milik kita? Pernahkah kita berpikir untuk memberikan segalanya kepada Tuhan dari kekurangan kita, alih-alih dari kelimpahan kita? Janda harus membuat keputusan! Hard decisions.  Apakah dia akan percaya pada dirinya sendiri atau pada Tuhan? Apakah dia akan membiarkan imannya memerintah keuangannya atau membiarkan keuangannya memerintah imannya? Ayat 15 memberi tahu kita bahwa dia membiarkan imannya memerintah keuangannya – dia pergi dan melakukan apa yang dikatakan Elia. Tuhan memberkati imannya dan menyediakan makanan untuknya dan keluarganya. Ada pasokan tepung dan minyak yang tak ada habisnya. Tuhan menepati firman-Nya seperti yang Dia katakan! 

4.  Apa yang kita pelajari dari janda tentang iman dan keuangan? Dia belajar bahwa iman selalu lebih penting daripada keuangan dan bahwa iman selalu datang sebelum keuangan. Ketika kita rela mempercayai Tuhan, tindakan terkecil dan paling biasa dapat mengubah hidup dan mengubah sejarah. Kepercayaan bersandar pada karakter dan kebaikan Tuhan. Percaya bahwa Tuhan benar-benar peduli, terlepas dari  keadaan kita. Tapi kepercayaan datang perlahan dan harus sering dikonfirmasi dalam hidup kita. Sebagian besar dari kita ingin memegang kendali. Setiap hari kita harus belajar untuk percaya. Kepercayaan tumbuh dengan langkah-langkah kecil. Tidak ada tindakan kesetiaan yang terlalu kecil untuk tidak dapat digunakan di tangan Tuhan. Dimana fokus kita? Apakah kita fokus pada masalah atau kepada kuasa Tuhan? Apakah kondisi kita saat ini terlihat mustahil? Apakah sepertinya tidak mungkin Tuhan memenuhi kebutuhan kita melalui apa yang telah Dia bawa ke dalam hidup kita? Kita berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan. Ini masalah kepercayaan. Percaya dan taat, karena tidak ada cara lain untuk berbahagia di dalam Yesus, selain percaya dan taat.”

Ketika kekeringan semakin dalam, semuanya menjadi lebih serius, dan kecemasan juga semakin dalam. Tanaman tidak tumbuh. Orang menjadi lapar. Dan Ahab mulai mencari Elia. Tidak masuk akal baginya untuk membuat kue untuk Elia sebelum dia dan putranya makan, tetapi dia melakukannya. Dan dia menunjukkan kepada kita: “Iman menaati Tuhan terlepas dari apa yang kamu lihat.” Terkadang pemeliharaan Tuhan datang di tempat yang paling tidak diduga dan melalui orang yang paling tidak diduga.

4.  Ibu ini tinggal di jantung wilayah Baal, lokasi janda itu penting dan Tuhan Tuhan akan menunjukkan bahwa Baal tidak memiliki kekuatan untuk memberi makan orang bahwa kekuatan itu milik Allah Israel. Tidak diragukan lagi siapa yang akan menang dalam pertempuran antara Elia dan para nabi Baal serta pelindung mereka, Izebel, dan bahkan antara Tuhan dan Baal sendiri. Setelah Elia mendengar tentang keadaan janda itu, ia mengatakan kepadanya untuk tidak takut, dan kemudian menyampaikan kembali perintahnya yang diakhiri dengan firman Tuhan yang meyakinkan perempuan itu bahwa persediaan makanannya yang sedikit tidak akan habis.

Intinya adalah bahwa orang yang diutus Tuhan untuk menyediakan kebutuhan Elia tidak memiliki cukup makanan untuk dirinya sendiri apalagi untuknya. Kisah ini menunjukkan ketergantungan penuh para pelayan pada firman Tuhan. Kisah sederhana ini memiliki tujuan yang lebih besar; mereka yang menderita akan menerima penghiburan dari Allah. Dan, ketika tampaknya tidak ada cara untuk berbagi, Allah akan menemukan jalan. Dalam kebutuhan kita, marilah kita mengingat pelajaran dari Elia dan mukjizat tempayan-tempayan itu. Fokus sebenarnya dari kisah ini seharusnya adalah pada Tuhan. Yahweh-lah yang menyebabkan kekeringan, mengutus Elia ke Sidon, dan menyediakan makanan bagi janda itu. Mengapa kisah ini dimulai dengan Tuhan menyelamatkan perempuan Fenisia yang malang ini? Menyelamatkan seorang perempuan Fenisia menunjukkan kepedulian Tuhan terhadap dunia. Meskipun Tuhan akan menghakimi Izebel Fenisia, ini bukan penghakiman atas semua orang Fenisia. Dalam kisah tentang klaim agama yang saling bersaing ini, kemampuan Yahweh untuk memulai dan mengakhiri kekeringan melemahkan klaim orang Israel dan orang asing bahwa Baal adalah satu-satunya dewa cuaca yang efektif, tidak hanya di Israel, tetapi juga di seluruh dunia. Ini adalah kisah tentang dampak ketidakadilan ekonomi. Orang-orang yang berkuasa, seperti Ahab dan Izebel tidak kelaparan, meskipun mereka tinggal di daerah yang dilanda kekeringan yang sama. Tuhan berpihak pada korban tak berdosa dari manuver politik.

5.  Jelas bahwa nasib Elia dan janda itu saling terkait erat. Dengan menolong Elia, sang janda menolong dirinya sendiri dan putranya. Lebih jauh, pertolongan ini berlanjut ke perikop berikutnya (ayat 17-24), karena ketika putra sang janda meninggal, Elia yang selama ini ditolong sang janda itulah yang menjadi alat yang dengannya Allah memberikan kehidupan kepada putranya. Tema yang muncul dari kisah ini adalah keyakinan bahwa keramahtamahan kita kepada orang asing tidak hanya dapat membantu orang lain, tetapi juga bertanggung jawab atas kelangsungan hidup kita sendiri. Sang janda dengan sumber daya yang sangat terbatas pertama-tama menyediakan makanan bagi Elia, sebelum menyiapkan makanan untuknya dan putranya. Sama mengejutkannya dengan campur tangan janda Zarefat dalam kehidupan Elia, kita mungkin mendapati diri kita terkejut dan diberkati oleh orang-orang yang paling tidak kita duga akan menjadi sumber kelangsungan hidup kita. Amin.

Leave a comment