Ministry is just Like LIfe – There are Afflictions to be Borne With.
II Timoteus 4:1-5
4:1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati,r aku berpesans dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nyat dan demi Kerajaan-Nya:
4:2Beritakanlahu firman,v siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlahw dan nasihatilahx dengan segala kesabaran dan pengajaran.
4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat1,y tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.z
4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran2 dan membukanya bagi dongeng.a
4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita,b lakukanlah pekerjaan pemberita Injilc dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
- Kita hidup pada saat ketika kita terus-menerus ditantang oleh hasrat dan keinginan berdosa terhadap suara-suara budaya kita. Men will refuse to listen to sound teaching . Kita hidup pada saat kita terus ditantang oleh keinginan daging, keinginan berdosa dari suara -suara budaya kita. Aborsi, pornografi, seks di luar pernikahan, homoseksualitas, pernikahan gay, sinkretisme (keyakinan bahwa hanyalah beberapa contoh dari “telinga gatal” dari generasi kita. Mereka yang hidup dalam dosa seperti itu berkumpul di sekitar mereka, para pendeta, guru, politisi, dan pemimpin membenarkan, dan mendorong keyakinan dan praktik yang berdosa ini. Setiap hari kita melihat di sekitar kita, mereka yang “memalingkan telinga mereka dari kebenaran dan berbalik ke mitos (kebohongan dan godaan iblis).” (2 Timotius 4: 4). Setiap hari kita melihat di sekitar kita mereka yang “menjauhkan telinga mereka dari kebenaran dan menyimpang ke mitos (kebohongan dan godaan iblis).”
- Timotius perlu tetap fokus pada Firman Tuhan karena manusia, dengan naluri alaminya, tidak menginginkan wahyu Tuhan. Dia lebih suka mendengar apa yang ingin dia dengar – sesuatu untuk menggaruk telinganya yang gatal. “Keingintahuan yang tak ada habisnya, keinginan variasi yang tak terpuaskan. Dan mereka mendapatkan telinga yang digelitik dengan bahasa dan aksen orang itu, meninggalkan pengkhotbah yang baik. Ini mengingatkan kita bahwa guru yang paling populer belum tentu guru yang paling setia. Kita tidak boleh menganggap seorang guru menggaruk telinga yang gatal hanya karena dia populer, tetapi kita juga tidak boleh berasumsi bahwa dia setia pada Firman Tuhan hanya karena dia populer. Ketika seseorang menolak kebenaran Tuhan, Dia akan percaya pada apa pun.
- Memegang kebenaran tidak pernah mudah. Tetapi jika kita tidak pernah menguji iman kita, kita tidak akan pernah mengetahui berkat -berkat Allah yang tak terbatas yang memalalui penagniayaan. Semakin banyak orang yang bertekad untuk membenci ajaran Kristus, semakin bersemangat para pelayan untuk menegaskannya dan semakin keras upaya mereka untuk melestarikannya Injil.
4. Paulus menulis “saatnya akan datang”. Perhatikan dia tidak mengatakan “mungkin datang”. Tuhan memilih kata-kataNya dengan sangat hati-hati. Perhatikan bahwa Paulus membuat tiga prediksi dalam ayat-ayat ini:
1) Akan tiba waktunya ketika manusia tidak akan tahan dengan doktrin yang sehat. Kata doktrin “didaskalia” berhubungan dengan didache (ajaran atau instruksi), dan berkaitan dengan apa yang diajarkan. Mereka tidak hanya akan menolak kebenaran, mereka bahkan akan menolak untuk mendengar kebenaran.
2) Orang-orang ini lebih suka kebohongan daripada kebenaran karena mereka memiliki apa yang Paulus sebut “telinga gatal/memuaskan telinga.” “Telinga gatal” adalah telinga yang ingin mendengar setiap ide baru, setiap teori baru, dan setiap ide liar, tidak peduli betapa khayalannya itu mengada-ada. Mereka memiliki rasa gatal untuk dihibur oleh ajaran-ajaran yang akan menghasilkan sensasi yang menyenangkan dan meninggalkan mereka dengan perasaan yang baik tentang diri mereka sendiri. Orang-orang dengan telinga gatal menginginkan pengkhotbah yang memberi tahu mereka apa yang ingin mereka dengar daripada apa yang perlu mereka dengar.
3) Akan ada banyak guru yang akan senang menggelitik telinga pendengar mereka yang gatal. Orang-orang akan berpaling dari kebenaran untuk “sesuai dengan keinginan mereka sendiri.” Kita hidup di dunia telinga yang gatal, di mana orang-orang datang ke gereja dan menuntut untuk diberitahu apa yang ingin mereka dengar. Orang-orang datang ke gereja dengan agenda pribadi dalam pikiran:
- Membuatku bahagia.
- Memenuhi kebutuhan saya.
- Jangan bicara tentang dosa.
- Katakan padaku bagaimana menjadi sukses.
- Jangan terlalu negatif.
- Memalingkan telinganya /”Turn Away” sangat agresif. Ini bukan penolakan untuk mendengarkan khotbah. Ini adalah penolakan untuk mendengarkan “kebenaran.” Pengajaran yang salah akan secara spiritual membuang iman kita sehingga kita mulai mengikuti mitos.
Inilah yang harus dilakukan oleh gereja pada masa-masa seperti ini. “Mengkhotbahkan Firman!” Ini adalah panggilan kita, tantangan kita, mandat kita. Kita harus mengkhotbahkan “Firman.” Bukan “Mengkhotbahkan ide-ide Anda” atau “Mengkhotbahkan teori Anda” atau “Mengkhotbahkan analisis Anda atas kejadian terkini”
Ini adalah kata kontras terhadap orang -orang yang disebutkan dalam kalimat sebelumnya. Meskipun yang lain berbalik ke dongeng, Timotius harus lebih berdedikasi untuk melakukan apa yang Tuhan ingin dia lakukan. Kehadiran mereka adalah membuatnya lebih berdedikasi, tidak berkecil hati. Terkadang kita terlalu mudah “menyimpang ke dongeng.”
Ayat 5 juga memerintahkan kita untuk “menanggung penderitaan.” Paulus tidak menekankan bahwa Timotius harus mencari kesulitan, tetapi lebih kepada, jika perlu, Timotius harus bersedia menanggung penderitaan demi Injil. Untuk menanggung penderitaan, bukan keunggulan gerejawi, kemakmuran material, atau kesuksesan duniawi. Pelayanan bukan tentang selebriti, hak istimewa, atau kemakmuran. Penginjil stereotip yang digambarkan di televisi dan film adalah seorang penjual, taktik penjualan yang menekan pemaksaan, berbicara licik dengan orintasi uang. Ada pendeta terlibat dalam politik, tetapi bukan itu yang Alkitab perintahkan untuk kita lakukan atau yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendeta. Ada pendeta terlibat dalam konseling psikologis dan kegiatan sosial lainnya, tetapi Alkitab memanggil pendeta untuk memberitakan Firman. Ketika Pendeta bersaksi, ketika kita memberi nasihat, dan ketika kita berbagi dengan individu, jangan berikan mereka filosofi, psikologi, atau keadilan sosial, berikan mereka kabar baik tentang Yesus Kristus, tidak lebih, tidak kurang. Bagikan Firman Tuhan. Itulah prioritas utama pendeta.
II Timotius 2: 3 mengatakan, “Beritakanlahu firman,v siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlahw dan nasihatilahx dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Timotius hidup dalam masyarakat yang sulit dalam memberitakan pesan Yesus Kristus. Ia tinggal di kota yang memiliki kuil besar untuk dewi Artemis. Ia berkeliling melihat praktik-praktik yang tidak etis. Kita semua mungkin akan mengerti jika Timotius mundur dari pemberitaan Kekristenan yang berani. Pelayanan Kristen adalah peperangan rohani. Kita harus menanggung penderitaan untuk menjadi pemenang. Bersabarlah. Kata Yunani menerjemahkan “kesabaran” berarti “jiwa yang hebat”
Seseorang mungkin tergoda untuk sekadar memberi tahu orang lain apa yang ingin mereka dengar dan tidak menimbulkan kegaduhan dan konflik apa pun. Tidak semua orang ingin mendengar kebenaran. Timotius mungkin harus menanggung penderitaan dan menghadapi sekelompok orang bodoh yang menyulitkannya, tetapi ia tidak boleh mundur dari ajaran kerasulan yang sehat dan kokoh.
Tuhan lebih besar dari satu agama. Tuhan lebih besar dari klaim teologis apa pun.
Ketika sebuah doktrin tidak masuk akal, menegurnya. Dorong satu sama lain dengan mengajar yang meyakinkan. Menyatakan pengajaran yang baik, bahkan ketika itu tidak populer. Janganlah kita terhalang untuk mengatakan dan melakukan apa yang benar, adil, dan baik. Dan marilah kita memastikan bahwa dalam kata-kata yang kita ucapkan dan perilaku yang kita tunjukkan, ada kehidupan Yesus Kristus yang mengalir keluar dari diri kita.
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal” (4:5a). Kata kuasai/nepho berarti berpikiran jernih atau waspada. Orang yang nepho tidak akan menyerang secara membabi buta, tetapi akan meluangkan waktu untuk menilai masalah dan mencari solusi. Tugas kita adalah kesetiaan – tugas-Nya adalah hasil. Charles Stanley mengatakannya seperti ini: “Tuhan bertanggung jawab atas hasil ketaatan kita, tetapi kita bertanggung jawab atas hasil ketidaktaatan kita.” Amin.
Leave a comment