Khotbah Minggu 18 Agustus 2024
Wisdom Has Prepared Everything That We Need
AMSAL 9:1-6
9:1 Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya,
9:2 memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya.
9:3 Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota.
9:4 “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari”; dan kepada yang tidak berakal budi katanya:
9:5 “Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur;
9:6 buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.
1. Di era informasi ini, aliran informasi terus menerus membombardir kita. Seperti air dari selang pemadam kebakaran, informasi membanjiri dan membuat kita mati rasa. Namun, apakah kita lebih wise/bijaksana? Apakah kita lebih dekat dengan Tuhan, lebih dekat dengan rancangan atau tujuan Tuhan? Apakah kita lebih rendah hati? Apakah kita belajar sesuatu tentang cara hidup yang sebenarnya? Kita Kekurangan Hikmat dalam masyarakat informasi. Seperti yang dicatat oleh seorang pengamat, kita berada dalam “kelaparan hikmat.” Orang ingin menjadi benar, kaya, populer, dan memegang kendali. Namun, apakah mereka bijak? Amsal 9 tampaknya menunjukkan bahwa seseorang mungkin tergoda untuk melewatkan pesta kebijaksanaan dan mencoba bertahan hidup dengan kebodohan (atau informasi). Mengapa ada orang yang ingin melakukan itu? Jelas, kebijaksanaan memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan: ia adalah orang yang lebih baik, yang menawarkan pesta yang lebih baik. Namun, kita harus memilih.
2. Amsal 9:1-6 adalah undangan untuk memperoleh hikmat. Amsal 9:1-6 menggunakan metafora yang kreatif, analogi yang provokatif, dan gambaran yang hidup untuk menjelaskan pesannya. Bahkan, ini menyerupai khotbah yang bagus! Secara keseluruhan, bagian ini menyajikan hikmat—“pengertian/ understanding”, as a thing to be desired.”—sebagai sesuatu yang diinginkan. Hikmat disajikan sebagai entitas perempuan yang independen dan otonom, yang diperkenalkan di pasal 1. Hikmat dipersonifikasikan sebagai seorang wanita di sini dan di tempat lain dalam Amsal 1-9 (1:20-33; 3:13-20; 7:4; 8:1-36). Ia dipersonifikasikan dalam hal agensi atau kepribadiannya dan bahkan tampak memiliki pribadi (fisik). Hikmat bersifat perempuan, terutama karena kata benda untuk hikmat, chokmah dalam bahasa Ibrani, secara tata bahasa feminin, (ini juga berlaku untuk Sophia dalam bahasa Yunani). Sekilas, ini adalah bagian yang sederhana, tetapi mengandung kekayaan dalam deskripsi dan hubungannya dengan bagian lain dalam kesaksian Alkitab. Amsal adalah “kalimat pendek yang didasarkan pada pengalaman panjang.
2. Ada poin utama yang jelas, yang sangat berlaku bagi kehidupan mereka yang mendengarnya, tetapi disampaikan dengan cara yang persuasif dengan kekayaan yang membuatnya jauh lebih bermakna daripada sekadar kebenaran yang tidak dapat disangkal.
Seperti yang sering terjadi dalam kitab Amsal, hikmat dipersonifikasikan. Dalam puisi ini, kegiatan yang dilakukannya meliputi pembangunan rumah dan penyelenggaraan pesta. Undangan tersebut diberikan melalui personifikasi hikmat sebagai seorang wanita yang telah membangun rumah, menyiapkan makanan yang memberi hidup, dan mengundang semua orang untuk ikut ambil bagian.Bagian ini menunjukkan bahwa memilih untuk menghadiri pesta ini memiliki konsekuensi yang luas bagi seluruh kehidupan seseorang. Undangan di ayat 5 bergeser menjadi perintah di ayat 6: mereka yang menerima undangan harus makan dan minum, dengan demikian memilih untuk “menjalani” kehidupan yang merangkul hikmat. Lebih jauh lagi, undangan dan instruksi ini ditujukan untuk kehidupan sekarang.
3. Hikmat digambarkan telah “membangun rumahnya”, sebuah rumah yang ditopang oleh “tujuh tiang”. Rumah keluarga pada zaman Salomo ditopang oleh tiga tiang, sementara rumah yang lebih sederhana sering kali ditopang oleh satu tiang. Rumah dengan tujuh tiang akan dibangun oleh orang yang sangat kaya. Penggalian arkeologi telah menemukan rumah-rumah bangsawan terkemuka ditopang oleh tujuh tiang. Hikmat membangun rumahnya di atas tujuh pilar. “Ia telah memahat tujuh tiangnya” (ayat 1b). Ini berbeda dengan Perempuan Bodoh, yang tidak membangun rumahnya, tetapi hanya duduk di depan pintunya (ayat 14). Dalam Alkitab, angka tujuh adalah angka ideal yang melambangkan kelengkapan atau kesempurnaan. Pada hari ketujuh penciptaan, Allah beristirahat, yang melambangkan penyelesaian tugas (Kejadian 2:2-3). Hukum Yahudi mengharuskan orang-orang membiarkan tanah terlantar setiap tujuh tahun (Imamat 25:2-7). Bait suci Salomo memiliki tujuh pilar (1 Raja-raja 7:17). Tujuh adalah angka Tuhan untuk penciptaan, jadi kita tahu bahwa Hikmat membangun rumahnya sesuai dengan cetak biru Tuhan. Ketujuh pilar itu bisa jadi merupakan kiasan internal Alkitabiah terhadap enam hari penciptaan, ditambah hari Sabat.
4. Aktivitas utama yang dilakukan Hikmat dalam teks ini adalah menyelenggarakan pesta yang mewah. Ayat 2 menjelaskan, “ia telah menyembelih hewan-hewannya ia mencampur anggurnya; sesungguhnya ia telah menyiapkan mejanya. Gambaran di sini adalah bahwa Wanita Hikmat adalah seorang wanita yang kaya dan berpengaruh. Ia adalah seorang wanita bangsawan yang memiliki banyak harta yang dapat menyediakan makanan berlimpah bagi mereka yang berada di bawah naungannya. Binatang-binatang yang disembelihnya adalah miliknya sendiri. “Anggur” dan “daging” bukanlah makanan sehari-hari, tetapi disediakan untuk acara-acara khusus dan sering kali hanya tersedia bagi orang-orang kaya.” Daging dan anggur biasanya tidak dikonsumsi oleh orang-orang biasa (lih. Amos 6:4-6), yang menegaskan bahwa ini adalah jamuan istimewa. Tentu saja, ini tidak boleh dipahami hanya sebagai pesta harfiah. Kata-kata Hikmat sendiri dalam Amsal 9:6 memberi tahu kita bahwa makanan dan minuman yang ia persiapkan adalah metafora untuk perjamuan hidup, dan menyantap makanan yang telah ia siapkan dikaitkan dengan berjalan di jalan yang lurus (secara harfiah, “jalan,” dari bahasa Ibrani derek. Namun, terlepas dari kekayaan yang disediakan, mereka yang diundang ke pesta ini bukan hanya orang kaya dan elit, tetapi mereka yang sederhana; siapa yang tak berpengalaman (ayat 3, lih. ayat 6). Undangan yang inklusif seperti itu mengingatkan kita pada perumpamaan Yesus di mana, setelah para tamu terhormat menanggapi dengan berbgaia alasan, semua diundang ke pesta (Lukas 14:15-24). Hikmat mengutus hamba-hambanya untuk mengundang orang-orang ke pesta (ayat 3), tetapi juga menyampaikan undangan pribadinya sendiri (ayat 4).
5. Hikmat tentu saja tidak pilih kasih. Ia mengutus hamba-hambanya untuk mengundang semua orang ke perjamuannya. Yang perlu kita lakukan hanyalah menginginkan hikmat. Pengumuman itu disampaikan dari titik tertinggi di tembok kota agar semua orang tahu. Itulah sistem pengumuman publik mereka saat itu. Setiap orang dapat mendengar pesannya, kemudian setiap orang harus membuat pilihan apakah akan menerima undangannya untuk memperoleh hikmat. Teks kita menjelaskan manfaat mengikuti Hikmat, menjawab undangannya, berkumpul di rumahnya dan memakan apa yang telah disiapkannya. Hikmat telah menyiapkan mejanya. Jadi, tarik kursi dan duduklah. Makan dan minumlah sepuasnya.
6. Hubungan antara hikmat dan kehidupan sering dibuat dalam Amsal, sering kali dengan cara yang licik: “Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup” (8:35a); “Umur panjang ada di tangan kanannya… Ia adalah pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya” (3:16a, 18a). Menerima undangan hikmat berarti merangkul kehidupan yang telah dirancang Tuhan bagi kita.
Hubungan antara hikmat dan ciptaan dalam Amsal merupakan bagian penting dari dasar pemahaman kita tentang pra-keberadaan Kristus dan keterlibatannya dalam ciptaan sebagaimana yang tampak dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Yohanes 1:1-5, Kolose 1:15-20, dan Ibrani 1:1-4. Paulus menyatakan bahwa Kristus adalah “kekuatan Allah dan hikmat Allah” (1 Korintus 1:24). Karena Kristus dengan demikian mengambil peran hikmat dalam Amsal, maka pantaslah — bahkan mungkin perlu — bagi kita untuk melihat dalam bagian kita sebuah nasihat untuk mengikuti Kristus dan perayaan atas tindakan tersebut. Oleh karena itu, undangan untuk makan dari jamuan hikmat di rumahnya dapat dipahami dengan baik sebagai aspek dari undangan Yesus untuk mengikuti-Nya dan untuk berpesta di kerajaan Allah.
7. Di seluruh Amsal, hikmat disajikan sebagai sesuatu yang diinginkan dan harus dipilih. “Perolehlah hikmat, jauh lebih berharga dari pada emas, dan perolehlah kepandaian, lebih baik dari pada perak” (16:16). Menjadi seorang Kristen bukan hanya memiliki karakter yang baik atau memegang nilai-nilai Kristen. Kita bisa menjadi seseorang yang kreatif, atau murah hati, atau mudah diajar. Inilah sebabnya mengapa hikmat dimulai dan diakhiri dengan hubungan dengan Allah (Amsal 1:7; 9:10). Itu adalah hubungan sejati dengan Tuhan yang kemudian akan menghasilkan buah karakter yang mencerminkan karakter Tuhan. Jalan hikmat dimulai dengan hubungan dengan Tuhan dan mencerminkan karakter Tuhan. Jika kita ingin menjadi bijak, kita juga akan menjadi murni, cinta damai, lemah lembut, selalu melayani, penuh belas kasihan, tidak pilih kasih, dan tulus.
Kita bisa menyimpulkan:
- Hikmat itu kreatif dan bekerja keras. Solomon menggambarkan Hikmat sebagai wanita yang sangat kompeten dan berprestasi. Ia menggambarkan seorang wanita yang tahu bagaimana melakukan banyak hal dan yang tahu bagaimana menyelesaikan banyak hal. Disajikan sebagai wanita tanpa pria, ia mampu melakukan semua yang perlu dilakukannya tanpa pria. Gambatan ini untuk meyakinkan putranya untuk memilih hikmat? Allah itu kreatif/bekerja keras.
- Hikmat itu murah hati. (ayat 2-6 Ia menyediakan makanan dan anggur.) Allah itu murah hati.
- Hikmat itu dapat diajar. (ayat 7-9 Orang bijak belajar darinya.) Yesus bertumbuh dalam hikmat.
California 14 Agustus 2024
Leave a comment